MIMBAR PERTUNJUKAN SASTRA NUSANTARA MEMBANGKITKAN SPIRIT LOCAL WISDOM
MIMBAR PERTUNJUKAN SASTRA NUSANTARA
MEMBANGKITKAN SPIRIT LOCAL WISDOM
Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Sabtu 17
September 2016 pukul 19.00 WIB akan menyelenggarakan Mimbar Pertunjukan Sastra
Nusantara. Kegiatan yang akan diselenggarakan di Pendapa Dinas Kebudayaan ini,
merupakan bentuk apresiasi terhadap nilai luhur yang terkandung dalam khazanah sastra
Nusantara. Kegiatan ini penting mengingat sastra sebagai sebuah dunia
reflektif, sebagai sebuah sarana untuk memanusiakan manusia telah hadir di
Nusantara sejak sebelum terbentuknya negara Indonesia. Dalam karya tersebut
tersimpan kearifan yang menjadi penuntun tata nilai di masyarakat. Nilai-nilai
yang selama ini hidup sebagai sebuah local
wisdom atau kearifan lokal tersebut mencoba dihadirkan kembali dalam dunia
modern ini untuk mengingatkan kembali bagaimana sebaiknya kita mengarungi samudera
kehidupan ini.
Kegiatan yang di kuratori oleh S. Arimba dan Anes Prabu
Sadjarwo ini akan menampilkan perwakilan lima provinsi yakni Papua Barat,
Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, Aceh, dan DIY. Masing-masing akan
menampilkan dan mengangkat sastra lokalnya yang dikemas dalam bentuk pertunjukan sastra. Bentuk pertunjukannya berbeda-beda
tergantung kekhasan daerah dan proses adaptasinya, ada yang tampil dengan gaya
asli daerah, namun ada juga yang diolah dengan sentuhan modern. Semua
pertunjukan akan disajikan dalam bahasa daerah, namun juga disediakan teks
terjemahan dan sinopsis dalam bahasa Indonesia sehingga akan memudahkan
penonton dalam memahami cerita.
Tema besar yang diangkat dalam acara ini adalah “Satu dalam
Kebhinekaan”. Maksudnya bahwa meskipun nilai lokal yang diangkat berbeda-beda,
namun dalam bingkai kesatuan bangsa, dapat disajikan dan dinikmati dalam satu
panggung. Dengan semangat ini semboyan
kita Bhineka Tunggal Ika bukan sekedar slogan, namun sebuah wujud nyata yang
hadir di tengah kita semua. Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kebudayaan,
sebagai daerah yang istimewa menjadi jembatan penghubung tempat bertemunya ide tersebut.
Menyatukan keanekaragaman dalam kesatuan melalui seni dan budaya.
S. Arimba
Komentar
Posting Komentar