Skenario Film Pendek "P I S P O T" SKENARIO ADAPTASI CERPEN HAMSAD RANGKUTI Oleh: Suharmono Arimba


Skenario Film Pendek
"P I S P O T"
SKENARIO ADAPTASI CERPEN HAMSAD RANGKUTI
Oleh: Suharmono Arimba


1. INT. RUANG PEMERIKSAAN - DAY
SLAMET lelaki 35 tahun, duduk di kursi pemeriksaan. JONI 45 tahun, kapten polisi, duduk di seberang meja berhadapan dengan SLAMET. Di sebelah SLAMET berdiri JOKO 30 tahun, seorang polisi berpangkat lebih rendah dari JONI. Satu orang polisi lain, AGUNG 35 tahun, duduk di sebelah kiri JONI. Didepan AGUNG terdapat mesin ketik yang sudah terpasang kertas. Tidak jauh dari tempat itu duduk MARIA 40 tahun, korban penjambretan, dan ANDI 38 tahun seorang saksi peristiwa.
JONI
Benar kamu telan kalung itu?
SLAMET
Tidak.
SLAMET menundukkan mukanya.
JONI
Kamu buang?
SLAMET
Tidak.
JONI

Kamu sembunyikan?!

SLAMET
Tidak.
JONI terlihat kesal dan tidak sabar mendengar jawaban SLAMET. JONI mengepalkan tangannya.
JONI
Siksa!
JOKO mendekati SLAMET. SLAMET ketakutan. JOKO meninju SLAMET dengan kuat. SLAMET terlempar dari kursi.
SFX: Suara pukulan mengenai tubuh.
SLAMET mencoba berdiri dengan berpegangan pada tepian meja. JOKO menarik lengan SLAMET dan mendudukkan SLAMET di kursi.
SLAMET
Saya tidak melakukan penjambretan itu, Bapak Polisi.
JONI
Bukan itu yang kutanyakan! Ke mana kau sembunyikan kalung itu?

ANDI berdiri dari kursi. Menatap ke arah SLAMET.
ANDI
Dia telan!
DISSOLVE TO:
2. EXT. JALAN RAYA - DAY
Mobil polisi bak terbuka dengan kursi yang berhadapan melaju di jalan raya. ANDI duduk di sebelah MARIA. SLAMET duduk di depan ANDI. Hidung SLAMET meneteskan darah. Di kiri kanan SLAMET duduk TONO 45 tahun seorang petugas pasar dan AGUS Angin menerbangkan rambut ANDI.
ANDI (V.O.)
Sebenarnya tidak ada barang bukti untuk menuduhnya sebagai pelaku penjambretan itu. Namun, aku mempertahankan kesaksianku dan ia pun jatuh terjerumus ke tangan polisi.
MONTAGE: ANDI melihat SLAMET melintas di keramaian pasar. Terdengar jeritan perempuan berkata "Kalungku!". ANDI melihat SLAMET yang sambil berjalan tergesa, memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. ANDI menuding SLAMET sambil berteriak "Dia pelakunya". TONO menangkap SLAMET. Massa memukuli SLAMET yang digiring TONO.
BACK TO:
SLAMET tertunduk, darah menetes dari hidungnya. ANDI memandangi SLAMET.
CUT TO:
3. INT. RUANG Pemeriksaan - DAY
JONI melihat ke arah ANDI
JONI
Kamu lihat?
ANDI
Saya lihat! Dia masukkan kalung itu dan dia telan!
JONI
Pasti?
ANDI mengeyitkan dahinya. Ia sejenak seperti ragu.
ANDI
Pasti!
JONI
Dia masukkan kalung itu ke mulutnya? Begitu
ANDI
Ya! Dia masukkan!
AGUNG tampak mengetik, mencatat kesaksian ANDI.
JONI
Lalu dia telan?
ANDI mengangguk pasti.
JONI (CONT'D)
Berapa gram?
JONI mengarahkan pandangannya pada MARIA
MARIA
Lima belas gram.
JONI

Cukup! Itu sudah cukup!
Semua keterangan itu sudah cukup meyakinkan! Ambil obat pencahar! Pisang dan papaya. Suruh dia mencret seperti burung. Lalu tampung kotorannya!
JONI keluar dari ruangan pemeriksaan.
DISSOLVE TO:
Di atas meja tampak pisang, pepaya, gelas, botol air, pisau dan beberapa bungkus garam inggris. JONI memasuki ruangan pemeriksaan.
JoNI (CONT'D)
Suruh dia minum obat pencahar! Apa itu? Garam inggris?
JOKO

Betul Pak.
JONI
Bagus, dan tampung!
JOKO dan AGUNG mendekat. JOKO menyodorkan gelas yang berisi larutan garam inggris. SLAMET diam saja. JOKO menyodorkan gelas ke mulut SLAMET. Mereka berusaha memaksa SLAMET untuk minum. SLAMET bertahan mengatupkan mulutnya seperti orang yang menggigit. JOKO kesal lalu menampar SLAMET. SLAMET terlempar dari kursi dan jatuh tersungkur.
SFX: Suara tamparan.
JOKO
Minum! Apa kau tidak biasa minum?!
SLAMET berusaha bangkit bertelekan sudut meja.
JONI
Kupas papaya itu! Dan suruh dia makan.
AGUNG mengambil pisau dan segera mengupas pepaya.
JOKO
Mana yang lebih dahulu Komandan? Obat pencahar ini atau papaya?
JONI
"Serentak juga tidak apa-apa! Yang penting tampung begitu dia ke jamban!"
AGUNG
Nanti ususnya...
JONI
Tidak ada urusan! Suruh dia telan obat pencahar itu! Kemudian pisang atau papaya, lalu tampung!
Mereka pun memaksa lelaki itu membuka mulut untuk menyungkah itu semua. SLAMET memberontak tidak mau membuka mulutnya. ANDI melihat semua kejadian itu dan mulai merasa ngeri dan kasihan. ANDI berdiri dan mendekat pada JONI. ANDI membisikkan sesuatu pada JONI.
CUT TO:
4. INT. RUANG KACA - DAY
ANDI dan SLAMET duduk berhadap-hadapan. Mereka berada dalam ruang berdinding kaca yang terang benderang. Para polisi pemeriksa dan MARIA berada di balik riben diseberang ruangan tersebut sehingga ANDI dan SLAMET tidak melihatnya. Gelap di luar memberi kesan seolah ANDI dan SLAMET berada di dalam kamar dalam gelap malam. ANDI mulai membujuk SLAMET.
ANDI
Sekarang cuma kita berdua saja di ruang ini. Ada suatu hal yang ingin kukatakan kepadamu. "Kalau dalam waktu dekat kau tidak keluarkan kalung itu, mereka akan mengoperasimu!
SLAMET menunduk. ANDI menggeser tempat duduknya mendekati SLAMET.
ANDI (CONT'D)
Kau telah tahu bagaimana orang dioperasi? Kau akan dibawa ke kamar bedah. Sebelum kau dioperasi, tubuhmu akan ditembus sinar x untuk melihat di bagian mana kalung itu nyangkut di ususmmu. Kau akan puasa dalam waktu yang lama. Setelah itu baru kau dimasukkan ke kamar bedah. Kau akan dibius. Pada saat kau sudah tidak sadar oleh obat bius, pada saat itulah kulit perutmu akan disayat mereka di meja operasi. Pisau bedah itu akan masuk ke dalam perutmu seperti orang menyiang ikan. Ususmu akan disabet mereka dengan geram, karena kau menyembunyikan benda berharga di ususmu. Satu hal harus kau ketahui bahwa operasi itu bukan untuk menyelamatkan kalung yang kau telan.
ANDI memegang bahu SLAMET.
ANDI
Coba bayangkan seandainya operasi itu memerlukan tambahan darah. Siapa yang akan mau menyumbangkan darahnya untuk orang seperti kau? Jambret! Ingat bung.Kau tidak ada artinya bagi mereka. Mereka mengoperasimu dalam saat mereka geram karena kau menyembunyikan kalung emas di dalam ususmu. Kau tidak ada artinya bagi mereka. Tidak mungkin ada orang mau menyumbang darah secara sukarela kepadamu. Tidak mungkin ada salah seorang sanak keluargamu yang mau datang menujukkan diri untuk menyumbang darah kepadamu. Mereka malu untuk muncul. Karena kau maling! Tahu kau? Nyawamu bagi mereka tidak ada artinya. Tubuhmu yang terbaring dalam pengaruh obat bius itu tidak akan mereka hiraukan lagi begitu mereka menemukan kalung emas itu. Saking gembiranya mereka itu, aku yakin begitu, mereka akan lupa menyudahi operasimu. Kau akan mati sia-sia. Untuk apa menyelamatkan penjambret seperti kau. Mengurangi jumlah penjahat lebih bijaksana! Maka, kau akan mampus!
BGM: Musik tegang.
ANDI (CONT'D)
Kau tidak ubah seperti koper tua yang dicampakkan setelah dikeluarkan isinya. Mayatmu akan terbaring tanpa ada orang yang menjenguk.
SLAMET dari menunduk mengangkat kepalanya memandang ANDI.
ANDI (CONT'D)
Kau masih muda Bung. Masih banyak kemungkinan masa depanmu. Kau harus manfaatkan hidupmu. Masak kau mau mampus dengan jalan konyol seperti itu? Operasi itu bukan untuk menyelamatkan jiwamu, tetapi untuk menyelamatkan kalung emas yang kau telan!
SLAMET
Apa yang harus aku lakukan?
ANDI
Keluarkan!
SLAMET
Aku tidak melakukannya!
ANDI
Sudah tidak waktu lagi untuk berkilah-kilah! Tidak saatnya menyembunyikan kejahatan pada saat ini. Jangan tunggu mereka kalap. Jangan kau kira mereka tidak melihat kita. Semua gerak-gerik kita mereka lihat lewat kaca riben ini. Lihat kedip api rokok mereka di dalam gelap! Itu sama seperti mata mengintai kita. Ayo lakukan! Cepat telan obat pencahar itu! Apa yang kau takutkan pergi ke jamban?
SLAMET tampak cemas. Dia raih gelas berisi larutan garam inggris dari atas meja. Dia reguk seperti orang minum kopi. Kemudian dia lahap papaya dan pisang.
ANDI (CONT'D)
Makan lebih banyak pepaya itu, biar cepat dia mendorongnya
JOKO membuka pintu ruang kaca. Dari depan pintu JOKO bertanya.
JOKO
Sudah ingin ke jamban?
ANDI
Dia baru menelannya. Belum. Sebentar lagi, Pak.
JOKO
Bagus! Kalau dia tidak suka papaya dalam negeri, kita bisa sediakan papaya Bangkok!
JOKO menutup kembali pintu ruang kaca. Tidak lama kemudian JOKO muncul kembali. JOKO bersama DONI 27 tahun, seorang polisi lain, masuk membawa papan penyekat dan dua pispot. Papan penyekat itu dimaksudkan sebagai dinding jamban. SLAMET kalau sudah ingin ke jamban, bisa pergi ke balik papan penyekat untuk membuang hajat. SLAMET diperintahkan menanggalkan pakaiannya, kecuali celana dalam. SLAMET kemudian pergi ke balik papan penyekat sampai membawa satu pispot. ANDI dan para petugas keluar dari ruang kaca.
CUT TO:
5. INT. RUANG Di balik riben - DAY
ANDI, MARIA, dan para petugas menonton dari balik riben, menunggu SLAMET mengeluarkan kotorannya ke dalam pispot.
CUT TO:
6. INT. RUANG KACA - DAY
JOKO dan DONI masuk ke ruang kaca. JOKO memegang alat pengeras suara. JOKO mengambil pispot yang diulurkan SLAMET dari papan penyekat. DONI tampak memeriksa isi pispot dengan ranting. JOKO melaporkan apa yang dia lihat di dalam pispot.
JOKO
Belum keluar! Baru biji-biji kedelai. Rupanya dia makan tempe!
SLAMET meminta pispot baru. JOKO dan DONI menunggu. Tidak lama kemudian SLAMET mengulurkan pispot kedua. JONI berkata melalui pengeras suara:
JOKO (CONT'D)
Belum juga! Masih sisa-sisa tempe. Ada seperti benang. Kukira ini sumbu singkong rebus!
MONTAGE: SLAMET makan pepaya dan pisang, serta meminum garam inggis. SLAMET pergi ke bilik tempat buang kotoran. JOKO dan DONI memeriksa kotoran SLAMET dalam pispot. ANDI, MARIA, dan JONI menunggu di balik riben. Proses ini berlangsung sampai sepuluh kali pispot berisi kotoran SLAMET diperiksa. Kalung tetap tidak diketemukan.
CUT TO:
7. INT. RUANG DI BALIK RIBEN - DAY
MARIA mulai bosan menunggu. MARIA menelpon suaminya. Tidak lama kemudian suami wanita itu datang. SUAMI MARIA 43 tahun ikut bergabung menonton di balik riben. Dari balik riben tiba-tiba papan penyekat di dalam ruangan kaca itu terdorong dan kemudian tumbang. SLAMET jatuh terjerembab menindih penyekat. SLAMET sudah tidak dapat berdiri, dia menjadi lunglai setelah terus – menerus mengeluarkan kotorannya. SUAMI MARIA mengambil keputusan. SUAMI MARIA berbicara pada MARIA agar mencabut tuduhannya. MARIA melakukannya, tuduhannya dia cabut. Dia minta maaf pada JONI, karena mungkin bukan orang itu yang menjambret kalungnya. SLAMET dipapah ke kamar mandi, agar membersihkan diri. MARIA minta maaf kepada SLAMET. ANDI juga minta maaf kepada SLAMET. SLAMET bebas!
CUT TO:
8. EXT. DEPAN KANTOR POLISI - DAY
ANDI memapah SLAMET masuk ke dalam taksi. ANDI meminta maaf pada SLAMET. ANDI tampak merasa bersalah.
ANDI
Maaf ya bung, saya sudah salah, saya benar-benar meminta maaf.
CUT TO:
9. INT. DALAM TAKSI - DAY
ANDI duduk di sebelah SLAMET. Taksi melaju. ANDI mengulurkan selembar uang sepuluhribuan. SLAMET berlinangan air mata.
ANDI
Beli makanan. Kau perlu gizi untuk memulihkan kesehatanmu. Aku benar-benar merasa berdosa!
SLAMET melipat uang di tangannya, kemudian memasukkan ke dalam saku.
SLAMET
Terima kasih. Ternyata bapak orang baik.
ANDI
Jangan katakan begitu! Aku telah menjerumuskanmu. Uang itu tidak ada artinya. Aku telah melakukan kesaksian palsu. Maafkan aku, Bung.
ANDI dan SLAMET diam dalam taksi. Taksi berhenti di depan sebuah gang.
BGM: Musik sendu.
CUT TO:
10.    EXT. TEPI JALAN - DAY
ANDI menolong SLAMET keluar dari taksi. ANDI menyalami SLAMET.
ANDI
Maafkan aku Bung. Rasanya aku berdosa betul. Sepuluh ribu tidak ada artinya untuk mengenyahkan rasa berdosa itu. Bisa kau berdiri? Apa tidak becak ke rumahmu? Apa perlu aku mengantarmu?
SLAMET
Tidak usah Pak. Terima kasih.
SLAMET meneteskan air matanya. SLAMET berdiri goyah. ANDI masuk ke dalam taksi. Pintu aksi dia tutupkan tempat dia bertumpu. ANDI mengulurkan tangannya dari jendela untuk menjabat tangan SLAMET. ANDI masih merasa bersalah.
(ANDI sambil menjabat tangan SLAMET)
ANDI
Maafkan saya, ya Bung. Beli makanan untuk memulihkan kesehatanmu. Aku benar-benar merasa berdosaa kepadamu.Aku tidak akan mengulang hal yang sama terhadap orang lain.
SLAMET menghapus air mata pada pipinya yang berdarah dengan tangan kiri. Mukanya yang lebam dia tundukkan.
SLAMET
Bapak adalah saksi yang benar. Bapak tidak boleh merasa berdosa.

SLAMET semakin menunduk seolah dia hendak menyembunyikan mukanya.
SLAMET (CONT'D)
Bapak orang baik. Saya harus mengatakannya! Anakku sedang sakit keras. Kami perlu biaya. Istriku telah putus asa di rumah. Dokter meminta banyak.
SLAMET tiba-tiba mengangkat mukanya.

Bapak adalah saksi itu! Bapak orang baik. Saya harus mengatakannya!
SLAMET kembali menunduk.

Saya bukanlah menjambret. Tetapi, saya telah melakukannya. Tiga kali kalung itu keluar ke dalam pispot. Begitu keluar aku langsung menelannya.
SLAMET melepas jabat tangannya pelan-pelan. SLAMET memandangi ANDI.
Bapak orang baik. Hukumlah saya.
SLAMET meraba saku tempat menyimpan uang yang telah diberikan ANDI.
ANDI
Kalau begitu kau masih memerlukan pispot.
SLAMET memintan supir taksi untuk berjalan. SLAMET berdiri memandang taksi yang menjauh, tangannya memegang uang sepuluh ribu pemberian ANDI. Taksi berjalan pelan-pelan. ANDI tersenyum.
FADE TO BLACK.
TAMAT

Komentar

Postingan Populer